Sekarang, mari berefleksi sejenak lalu renungkan berbagai peran dalam kehidupan yang anda jalankan. Anda mungkin berperan sebagai orangtua yang dihadapkan pada anak yang susah diatur? Anda mungkin seorang pengajar yang mendapatkan situasi kelas yang sulit dikondisikan? Mungkin pula secara pribadi menghadapi permasalahan interpersonal? Entah permasalahan apa secara khususnya tetapi merasa menemui hal yang tidak menyenangkan? Sudah pindah rumah, mencari teman baru ternyata dapatnya sama saja seperti lingkungan sebelumnya? Mungkin pula anda pernah temukan sebuah rumah yang sering kena sial, seringnya berganti-ganti orang karena merasa tidak betah? Atau mungkin secara personal sadar jika ada masalah tetapi tidak tahu apa sebenarnya sumber masalah tersebut?
Hampir setiap kesempatan training pembersihan diri, peserta ditanyakan poin-poin tersebut. Rata-rata sebagian besar yang hadir
menganggukkan kepala, tanda mengalaminya. Memang demikianlah sebuah
permasalahan, dia ibaratkan sejenis ikan laut yang pandai sekali malih rupa.
Layaknya bunglon yang bermimikri menyesuaikan warna kulit sesuai lingkungan.
Merayap pada daun yang hijau, dia berwarna hijau. Di tanah yang kecoklatan, dia
pun menjadi kecoklatan. Direfleksi, dicari-cari dengan berbagai teknik terapi
tetap saja masalah berkelit dan lari. Sekali dia lolos, maka masalah semakin
pintar bersembunyi. Seperti air yang mengandung kapur, tertinggal kapur dan
keraknya pada panci pemanas air. Saking lamanya, endapan kapur tersebut sulit
dibersihkan. Keraknya digosok, pancinya ikut tergores mungkin malah rawan
pancinya yang jadi rusak.
Sumber masalahnya mungkin berasal dari masa lalu bahkan
sejak dalam kandungan. Dalam psikologi perkembangan diketahui bahwa bayi yang
orangtuanya mengalami kecemasan dan tekanan saat hamil umumnya mudah rewel dan
mudah tersinggung. Anak-anak yang mengalami penolakan dari orangtua pada
berkembangan berikutnya banyak pula ditemukan yang menjadi anak bermasalah.
Anda bisa bayangkan bagaimana dengan bayi yang banyak diberitakan di media
massa, dibuang setelah dilahirkan? Betapa kasihannya perkembangan mereka.
Entah apa yang terjadi di masa kecil, kita tidak bisa
mengingatnya secara sadar. Ada teknik di dunia psikoterapi, pasien dikondisikan
sehingga bisa berefleksi ke sumber masalah di masa lalu. Bahkan sumber masalah
yang dialami ternyata berasal dari sejak dalam kandungan.
Dalam keseharian pun, kita senantiasa dihadapkan dengan
banyak stimulus yang mengharuskan seseorang untuk meresponnya. Setiap orang
memiliki berbagai peran dalam kehidupan. Cobalah tengok keseharian anda
sendiri; mungkin berperan sebagai anak, orangtua, pemimpin organisasi, teman,
suami/istri, mahasiswa, pengajar dst. Dalam satu kesempatan, seseorang
dihadapkan pada berbagai peran dan dilakukan secara bersamaan. Ibaratkan gelas,
terkadang kapasitas gelas dan jumlah air yang dimasukkan lebih banyak airnya.
Akhirnya apa yang terjadi? Tidak semua air masuk, mungkin pula gelasnya malah
rusak. Begitulah gambaran stres yang dialami seseorang karena berlebihan
tekanan yang akhirnya pada sebagian orang menjadikan depresi.
Banyak hal yang dihadapi, namun baru menyadari ada
permasalahan setelah sakit parah. Apakah sakit tersebut secara fisik atau sakit
tersebut dirasakan secara psikologis. Didiagnosisnya mengalami tipes tetapi
apakah sudah benar-benar dirunut akar permasalahannya? Perlakuan yang diberikan
rata-rata, diberi obat dan dirawat di rumah sakit. Padahal mungkin ada
sumbangan tekanan pikiran yang menjadikan fisiknya lemah dan mirip gejala
tipes, bukan?
Sumber permasalahan memang pandai menyamar. Mungkin ingat
saat kecil, gara-gara tidak dibelikan mainan, tubuh anda jadi anget?
Diperiksakan ke dokter tetap saja panasnya belum turun. Atau mungkin punya
janji dengan anak untuk mengajak liburan tetapi ketika waktunya tiba ternyata
anda memiliki tugas kerja, keesokan harinya anak anda meriang? Begitulah sumber
permasalahan terkadang terkaburkan oleh gejala-gejala. Merasa ada masalah
tetapi tidak tahu persis sumber permasalahannya. Anda punya pengalaman tentang
hal tersebut?
Jika digambarkan bahwa rumus kehidupan ini sebagai hukum
sebab-akibat, apa yang diterima seseorang tentulah bermula dari suatu sebab.
Tiada lain, manusia sendirilah yang mengusahakan sebabnya karena Tuhan telah
menetapkan rumus sebab-akibat. Ketika ingin mencapai sesuatu (akibat) maka ada
sebab-sebab yang mestinya dilakukan. Dengan demikian, ketika seseorang belum
mencapai apa yang diharapkan barangkali sebab yang menjadi syaratnya belum
terpenuhi. Di sisi lain, jika seseorang ingin memahami apakah dia ada masalah
atau tidak dengan dirinya maka lihatlah akibat yang telah dia terima. Jika
ternyata akibat yang diterima lebih cenderung negatif, tidak sesuai yang
diinginkan maka bisa jadi sebab-sebab yang dibuatnya salah. Artinya, ada yang
salah dalam diri seseorang tadi. Kenalilah masalah yang anda hadapi dengan
memahami baik/buruk segala yang hadir dalam hidup anda.
Apa saja hal mengesankan (positif dan negatif) dalam
kehidupan anda di masa lalu?
|
Cermatilah kehidupan anda sekarang dan apa saja yang
menimpa anda (baik dan buruk)?
|