Psikotes masih menjadi momok bagi sebagai orang dalam melamar
pekerjaan. Ada banyak pelamar yang gugur pada tahapan tes psikologi. Bahkan ada
yang berulangkali mendaftar pekerjaan dan lagi-lagi tidak lolos psikotes. Hal
tersebut membuat sebagain orang penasaran. Ada pula yang mencari kursus tes
psikologi walaupun sebenarnya untuk psikotes tidak ada kursusnya. Berikut ini kesalahan
yang dilakukan para pelamar saat tes psikologi berikut:
1. Psikotes Menjadi Momok
Pada prinsipnya, perusahaan atau institusi mencari kandidat yang
cocok untuk menduduki posisi yang ditawarkan. Cocok di sini berarti 1) secara
potensi, ia diprediksi memiliki sejumlah potensi yang akan mendukung tugasnya
jika nanti diterima; 2) secara kompetensi, ia memiliki
keterampilan-keterampilan yang dianggap mendukung posisi yang nanti akan ia duduki;
dan 3) secara attitude, ia memiliki
keselarasan dengan budaya kerja dan budaya perusahaan. Tahapan-tahapan dalam
seleksi kerja adalah untuk mendapatkan kandidat terbaik dalam 3 hal tersebut.
Setelah kelengkapan berkas, umumnya tahapan psikotes menjadi alat penyaring
sehingga ketika nanti proses berikutnya (wawancara) jumlahnya lebih sedikit
agar lebih efisien dan kandidat yang diwawacarai profilnya sudah mendekati yang
dibutuhkan. Dengan demikian, wajar jika tampak banyak yang gugur atau tidak
lolos karena pada tahapan berikutnya proses wawancara umumnya satu-satu atau
tidak bisa klasikal.
2. Psikotes Mengukur Kompetensi?
Semua tahapan dalam seleksi kerja sudah didesain untuk bisa
memotret profil kandidat. Profil tersebut kemudian dicocokkan dengan kebutuhan
perusahaan. Demikian pula dalam psikotes. Setidaknya, ada psikotes yang berfungsi
untuk mengetahui potensi kognitif dan kepribadian kandidat. Potensi seseorang
akan muncul secara maksimal ketika mengerjakan psikotes secara serius, tenang,
dan tidak cemas. Psikotes dalam seleksi kerja bukanlah untuk mengukur kompetensi
tetapi potensi. Kompetensi seseorang diukur dalam tahapan lain, yaitu misalnya
wawancara.
3. Kursus Psikotes
Sebagaimana penjelasan poin 2, bahwa psikotes yang digunakan dalam
seleksi kerja lebih untuk mengetahui potensi dan kepribadian, bukan untuk
mengetahui kompetensi seseorang. Banyak kandidat yang justru tidak lolos karena
pontensi yang dimiliki tidak terpotret secara valid. Hasil psikotesnya kurang
otentik mencerminkan potensi yang dimiliki karena ia belajar terlebih dahulu
melalui searching tentang cara
mengerjakan psikotes. Padahal yang ia butuhkan sebenarnya cukuplah cermat
mendengarkan instruksi saat psikotes dan mengerjakan dengan serius. Biarkan potensi
yang di dalam diri keluar secara natural. Di samping itu, trik-trik mengerjakan
psikotes yang banyak beredar belum tentu valid. Perlu dikatahui pula bahwa tujuan
mengerjakan psikotes tidaklah sama dengan mengerjakan soal matematika walaupun
di dalam psikotes ada subtes tentang hitungan. Psikotes mengukur potensi
sedangkan matematika mengukur kompetensi.
4. Terlalu Stres dan Tegang
Tidak dipungkiri bahwa kata “ujian” atau “tes” secara bawah sadar
membuat banyak orang tegang dan merasa tertekan. Padahal jika tegang dan
tertekan, potensi yang seseorang miliki tidak akan muncul dengan optimal. Malam
sebelum mengerjakan psikotes tidak perlu untuk begadang dalam rangka belajar.
Kurang tidur justru akan membuat tubuh kurang fit saat mengerjakan psikotes.
Akan lebih baik jika tidur yang cukup sehingga ketika keesokan harinya
mengerjakan badan sehat dan bugar. Selain itu, penting juga untuk menjaga mood. Pastikan mengerjakan dengan happy. Perasaan positif yang ada di
dalam diri akan membantu seseorang bisa berpikir lebih jernih.
5. Merasa Orang yang Gagal
“Right man in the righ job”, demikian prinsip dalam pengelolaan SDM. Setiap
posisi akan bisa optimal jika diisi oleh orang yang tepat. Jika tidak lolos
dalam psikotes, mungkin saja seseorang tidak pas untuk posisi tersebut. Ada
posisi yang lebih pas di posisi lain untuknya. Tidak perlu merasa menjadi orang
gagal. Kuncinya adalah kenali diri sendiri dan pahami tugas serta karakter dari
posisi yang dilamar. Ada banyak pelamar yang hanya sekedar coba-coba kalau
tidak ingin dibilang iseng dalam melamar pekerjaan. Ia tidak mengenali dirinya
sendiri sebenarnya ia cocok untuk posisi seperti apa. Dengan kata lain, ia
melamar pada posisi yang tidak tepat.
Baca Juga: Lamaran Kerja Anda Ditolak? Cermatilah, Ini Sejumlah Penyebabnya
Demikianlah 5 kesalahan yang umumnya dilakukan pelamar saat
psikotes menurut Psikologi Menjawab. Dengan memahami lima hal tersebut akan
membuat seseorang lebih bersemangat lagi dalam menjalani psikotes. Bagi yang
belum melamar pekerjaan, lima hal tersebut bisa diperhatikan secara seksama
sehingga ketika psikotes bisa lebih rileks dan optimis.