“Mas kok tahu kalau saya sedang banyak
pikiran?”, tanyanya sembari tersenyum setelah saya meminta untuk
mengungkapkan apa yang sedang merisaukan pikirannya. Banyak orang yang datang
meminta untuk konsultasi diawali dengan mengungkapkan keluhan-keluhan yang
dirasakan. Tidak semua orang memahami apa yang sebenarnya menjadi masalah bagi
dirinya dan apa yang terjadi sebenarnya. Karena itulah, seseorang datang untuk
berkonseling guna mendapatkan solusi atas apa yang dikeluhan.
Pada
dasarnya, keluhan bisa jadi bukan merupakan permasalah itu sendiri. Keluhan adalah
gejala atau sinyal yang dirasakan oleh seseorang bahwa dirinya sedang ada
permasalahan. Dalam perkembangannya, keluhan yang dirasakan begitu kentara
sehingga tampak lebih dominan daripada permasalahan intinya. Dengan demikian, terapi
yang dilakukan bisa dengan mengatasi keluhan yang dirasakan atau mengatasi inti
permasalahan. Keduanya memiliki alasan masing-masing.
Keluhan
segera diatasi dengan harapan bisa mengatasi ketidaknyamanan yang sedang
dirasakan. Memberikan kesempatan seseorang untuk mengungkapkan segala yang
dirasakan merupakan cara yang bermanfaat bagi seseorang yang datang untuk
konseling. Ada kelegaan yang dirasakan setelah mengungkapkan segala yang
dirasakan baik tentang keadaan fisik maupun emosi yang saat itu dirasakan.
Mendengarkan
empatik dengan refleksi-refleksi perasaan oleh konselor menjadi teknik yang
bisa digunakan untuk menciptakan suasan teraupetik. Seseorang merasa diterima,
dihargai, ditempatkan sebagai manusia yang utuh dan mengalami segala yang
selama ini diabaikannya. Rasa kecewa, sakit, keluhan-keluhan yang seolah
diabaikan oleh seseorang karena ingin menunjukkan dirinya kuat.
Mendengarkan
secara empatik juga menjadi dukungan supportif bagi mereka yang datang untuk
konsultasi. Perasaan bahwa dirinya tidak dihakimi, diterima apa adanya, tanpa
evaluasi, dan dipahami sebagai manusia yang punya kelemahan juga kelebihan. Suasana
yang menjadi seseorang terbuka pencerahan dan keratifitasnya dalam menghadapi
dunia. Seolah selama ini, keluhan-keluhan yang dirasakan menutup
kreatifitasnya. Keluhan-keluhan tersebut sudah tersingkap dan tampilah diri
sejati seseorang dengan segala potensi positifnya.
Bagaimana
dengan inti permasalahan?
Keluhan-keluhan
fisik seperti pusing, sakit pada bagian tertentu tubuh, mual, nafsu makan
berkurang, sulit tidur yang umunya tidak semata-mata disebabkan karena faktor
fisiologis tetapi juga faktor psikologis. Pikiran memiliki peran penting
terhadap sikap, tindakan, dan berkembang menjadi pola perilaku yang
mempengaruhi kesehatan fisik. Antisipasi berlebih akan sesuatu yang belum
terjadi yang menjadikan seseorang berpikir aktif tetapi terhenti tidak
tersalurkan dalam tindakan yang tepat. Akhirnya yang terjadi, kelelahan fisik
dan keluhan-keluhan akan kesehatan. Pikiran memang seolah tidak terbatas tetapi
fisik yang tidak kuat, akhirnya kepayahan dan mengalami keluhan kesehatan.
Perlu
kiranya memeriksa pikiran sendiri; apa yang dipikirkan, seberapa banyak
dipikirkan, dan dampak-dampaknya atas pikiran tersebut. Ada beragam
pikiran-pikiran dan setiap manusia memang tentunya senantiasa memikirkan
keadaan dirinya. Hanya saja memang ada pikiran yang memang penting untuk
dipikirkan dan ada yang sebenarnya hanya bayangan-bayang yang tidak perlu
dipikirkan.
Setiap
orang memiliki kapasitas fisik yang beragam untuk menampung pikiran-pikirannya.
Banyaknya pikiran yang tertampung tetapi tidak tersalurkan atau mengalami
kebutuhan bisa berdampak pada keadaan fisik seseorang. Ibaratkan air yang terus
mengalir agar jernih dan terus mengalir menemukan jalan alirnya. Jika
menggenang, air tersebut rawan menjadi sarang penyakit. Mengenali banyaknya
pikiran dan membuat jalan alirnya akan membantu mengatasi keadaan.