-->

Berulang Kali Gagal Psikotes? Cermati 5 Kesalahan yang Dilakukan Para Pelamar Saat Tes Psikologi Berikut



Psikotes masih menjadi momok bagi sebagai orang dalam melamar pekerjaan. Ada banyak pelamar yang gugur pada tahapan tes psikologi. Bahkan ada yang berulangkali mendaftar pekerjaan dan lagi-lagi tidak lolos psikotes. Hal tersebut membuat sebagain orang penasaran. Ada pula yang mencari kursus tes psikologi walaupun sebenarnya untuk psikotes tidak ada kursusnya. Berikut ini kesalahan yang dilakukan para pelamar saat tes psikologi berikut:

1. Psikotes Menjadi Momok
Pada prinsipnya, perusahaan atau institusi mencari kandidat yang cocok untuk menduduki posisi yang ditawarkan. Cocok di sini berarti 1) secara potensi, ia diprediksi memiliki sejumlah potensi yang akan mendukung tugasnya jika nanti diterima; 2) secara kompetensi, ia memiliki keterampilan-keterampilan yang dianggap mendukung posisi yang nanti akan ia duduki; dan 3) secara attitude, ia memiliki keselarasan dengan budaya kerja dan budaya perusahaan. Tahapan-tahapan dalam seleksi kerja adalah untuk mendapatkan kandidat terbaik dalam 3 hal tersebut. Setelah kelengkapan berkas, umumnya tahapan psikotes menjadi alat penyaring sehingga ketika nanti proses berikutnya (wawancara) jumlahnya lebih sedikit agar lebih efisien dan kandidat yang diwawacarai profilnya sudah mendekati yang dibutuhkan. Dengan demikian, wajar jika tampak banyak yang gugur atau tidak lolos karena pada tahapan berikutnya proses wawancara umumnya satu-satu atau tidak bisa klasikal.


2. Psikotes Mengukur Kompetensi?
Semua tahapan dalam seleksi kerja sudah didesain untuk bisa memotret profil kandidat. Profil tersebut kemudian dicocokkan dengan kebutuhan perusahaan. Demikian pula dalam psikotes. Setidaknya, ada psikotes yang berfungsi untuk mengetahui potensi kognitif dan kepribadian kandidat. Potensi seseorang akan muncul secara maksimal ketika mengerjakan psikotes secara serius, tenang, dan tidak cemas. Psikotes dalam seleksi kerja bukanlah untuk mengukur kompetensi tetapi potensi. Kompetensi seseorang diukur dalam tahapan lain, yaitu misalnya wawancara.

3. Kursus Psikotes
Sebagaimana penjelasan poin 2, bahwa psikotes yang digunakan dalam seleksi kerja lebih untuk mengetahui potensi dan kepribadian, bukan untuk mengetahui kompetensi seseorang. Banyak kandidat yang justru tidak lolos karena pontensi yang dimiliki tidak terpotret secara valid. Hasil psikotesnya kurang otentik mencerminkan potensi yang dimiliki karena ia belajar terlebih dahulu melalui searching tentang cara mengerjakan psikotes. Padahal yang ia butuhkan sebenarnya cukuplah cermat mendengarkan instruksi saat psikotes dan mengerjakan dengan serius. Biarkan potensi yang di dalam diri keluar secara natural. Di samping itu, trik-trik mengerjakan psikotes yang banyak beredar belum tentu valid. Perlu dikatahui pula bahwa tujuan mengerjakan psikotes tidaklah sama dengan mengerjakan soal matematika walaupun di dalam psikotes ada subtes tentang hitungan. Psikotes mengukur potensi sedangkan matematika mengukur kompetensi.


4. Terlalu Stres dan Tegang
Tidak dipungkiri bahwa kata “ujian” atau “tes” secara bawah sadar membuat banyak orang tegang dan merasa tertekan. Padahal jika tegang dan tertekan, potensi yang seseorang miliki tidak akan muncul dengan optimal. Malam sebelum mengerjakan psikotes tidak perlu untuk begadang dalam rangka belajar. Kurang tidur justru akan membuat tubuh kurang fit saat mengerjakan psikotes. Akan lebih baik jika tidur yang cukup sehingga ketika keesokan harinya mengerjakan badan sehat dan bugar. Selain itu, penting juga untuk menjaga mood. Pastikan mengerjakan dengan happy. Perasaan positif yang ada di dalam diri akan membantu seseorang bisa berpikir lebih jernih.


5. Merasa Orang yang Gagal
“Right man in the righ job”, demikian prinsip dalam pengelolaan SDM. Setiap posisi akan bisa optimal jika diisi oleh orang yang tepat. Jika tidak lolos dalam psikotes, mungkin saja seseorang tidak pas untuk posisi tersebut. Ada posisi yang lebih pas di posisi lain untuknya. Tidak perlu merasa menjadi orang gagal. Kuncinya adalah kenali diri sendiri dan pahami tugas serta karakter dari posisi yang dilamar. Ada banyak pelamar yang hanya sekedar coba-coba kalau tidak ingin dibilang iseng dalam melamar pekerjaan. Ia tidak mengenali dirinya sendiri sebenarnya ia cocok untuk posisi seperti apa. Dengan kata lain, ia melamar pada posisi yang tidak tepat.


Baca Juga: Lamaran Kerja Anda Ditolak? Cermatilah, Ini Sejumlah Penyebabnya


Demikianlah 5 kesalahan yang umumnya dilakukan pelamar saat psikotes menurut Psikologi Menjawab. Dengan memahami lima hal tersebut akan membuat seseorang lebih bersemangat lagi dalam menjalani psikotes. Bagi yang belum melamar pekerjaan, lima hal tersebut bisa diperhatikan secara seksama sehingga ketika psikotes bisa lebih rileks dan optimis.

BERIKAN KOMENTAR ()