-->

Konseling Itu Menumbuhkan dan Menyembuhkan


Seorang klien datang berkonsultasi mengeluhkan bahwa dirinya merasa nyeri pada bagian perut dan selama sepekan terakhir sering pusing-pusing. Hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan bahwa tekanan darahnya terhitung tinggi. Pada dasarnya, permasalahan kesehatan tidak semata-mata disebabkan permasalahan medis fisik tetapi juga psikologis. Pusing-pusing, tekanan darah yang naik, dada sesak, sering mual-mual disertai sulit tidur di malam hari umumnya merupakan tanda psikosomatis. Keluhan-keluhan fisik yang disebabkan faktor psikologis.
Sesi kemudian diawali dengan membangun raport; menanyakan pada klien tentang keluhannya dan harapannya setelah konseling. Berikutnya klien diminta untuk menceritakan apa yang dirasakan selama sepekan terakhir sembari menelisik peristiwa pencetus dari keluhan yang dirasakan. Saat itu, klien mengungkapkan keluhan-keluhan fisik yang dialaminya dan mengungkapkan perasaannya yang tidak menentu. Barulah setelah itu, ditanyakan tentang apa-apa saja yang dipikirkannya.
Seorang konselor berusaha mendengarkan secara empati, merefleksi emosinya, dan memberikan penerimaan penuh. Pada dasarnya, pemberian perhatian berupa mendengarkan penuh penerimaan merupakan sesi teraupetik tersendiri bagi klien. Sampai di sini, seorang klien sudah bisa merasakan bahwa keluhannya berkurang. Pikiran dan perasaan itu ibaratkan air, menyimpannya sendiri seakan membendung air, menampungnya, dan tidak membiarkannya mengalir. Air itu akan tetap berusaha mencari jalan alirnya, karena bergerak adalah hidup air. Dengan bergerak air akan tetap jernih dan bening. Demikian juga perasaan dan pikiran yang “menggenang” akan rawan dengan endapan kotoran yang setiap ada pemicu bisa keruh. Selain itu, jika terlalu banyak tampungannya akan sedikit demi sedikit melubangi dinding bendungan, bahkan akhirnya bisa jebol jika bendungannya tidak kuat. Dinding dari pikiran dan perasaan itu tidak lain adalah tubuh. Pikiran dan perasaan yang terlalu banyak bisa berpengaruh terhadap fisik seseorang. Memberikan kesempatan agar aliran pikiran dan perasaan berjalan kembali salah satunya dengan mengungkapkan di ruang konseling. Seorang konselor memiliki skill khusus bagaimana agar pikiran dan perasaan mengalir serta menjadi jernih kembali. Sesi konseling beda dengan sesi curhat dengan teman.
 Betul saat itu, banyak hal yang diungkapkan oleh klien. Ada kelegaan yang dirasakannya sampai kemudian klien meminta saran bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi. Hal yang jamak memang ketika seorang datang untuk konseling lalu klien mengakhiri ceritanya dengan meminta saran. Permasalahan klien sendiri tidak selamanya tunggal, ada kalanya beberapa permasalahan yang diungkapkan dan klien mengharapkan solusi “instant” atas permasalahan yang dihadapi. Ibaratkan obat, harapannya ada satu obat yang serba guna sekaligus mengobati beberapa penyakit. Dalam situasi seperti inilah, seorang konselor bisa menawarkan pada klien tentang permasalahan yang mana dulu yang ingin diprioritaskan untuk ditangani. Bisa juga konselor benar-benar mencermati pola-pola dari permasalahan yang dihadapi klien. Dengan kecermatan itu, konselor bisa melihat akar permasalahan yang sebenarnya jadi fokus penanganan.
Konseling psikologis lebih dari menjadikan klien merasa lega atas keluhan yang dirasakan. Menjadikan klien memiliki “kekuatan” sendiri untuk kemudian bisa mengatasi permasalahannya merupakan hal yang penting. Seorang konselor dalam sesi konseling pada dasarnya hanya berperan dalam membersamai klien bertumbuh dan mendewasa secara bertahap dari hari ke hari. Pada saat yang sama sebenarnya, konselor juga mengalami pertumbuhan dan pendewasaan dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kecepatan bertumbuh yang beragam dan tidak ada orang yang “diam”. Dengan demikian, seorang konselor dalam hal ini bisa belajar banyak cermat melihat pertumbuhan positif klien dan memberikan apresiasi atas setiap pertumbuhan yang dicapai. Walaupun terkadang, ada kalanya seseorang (baik konselor maupun klien) berharap pertumbuhan yang cepat sehingga kurang bisa melihat dan menghargai pertumbuhan yang kurang dari harapannya. Pada dasarnya, semuanya bertumbuh, hanya saja beragam kecepatannya.
Badan kita seolah begitu-begitu saja dari hari ke hari padahal sebenarnya bertumbuh. Kita tidak “merasakan” pertambahan tinggi tubuh kita tetapi kita tahu setelah ada orang lain yang mengatakan bahwa kita semakin tinggi. Kita tahu ketika kita mengukurnya dengan meteran. Tahukah bahwa saat kita mengukur tinggi badan, kita melihatnya dari angka nol. Dari angka itu kita menilai seberapa tinggi ukuran badan kita. Demikian juga selayaknya, jika ingin melihat pertumbuhan seorang klien dalam sesi konseling. Membandingkan apa yang dicapai bukan dari harapan yang ditargetkan tetapi dari keadaan dasar atau titik berangkat awal sebelum konseling. Dengan memahami itu, kita akan bisa cermat melihat pertumbuhan kemajuan klien. Memberikan apresiasi atas pertumbuhannya yang dicapai merupakan penguat tersendiri bagi klien untuk terus berproses. Bisa jadi sebab kemunculan permasalahan adalah karena selama ini, lingkungan dan dirinya sendiri tidak pernah memberikan apresiasi atas apa yang dicapainya. Banyak tuntutan dari diri sendiri tetapi tidak bisa melihat banyak hal yang perlu disyukuri atau diapresiasi.
Lalu, bagaimana dengan klien yang datang dengan permasalahan yang majemuk tadi? Titik kesadaran mengakui bahwa masalah yang dihadapinya memang banyak. Lalu klien diajak untuk memilih mana yang bisa dilakukan terlebih dahulu. Keluhan yang mana yang sekiranya paling mudah untuk diselesaikan dengan harapan keberhasilan yang diperoleh atas penyelesaian keluhan tersebut akan menjadi modal self esteem bagi klien dan konselor.
Pilihannya atas keluhan yang dihadapi adalah keluhan fisik, rasa sakit pada bagian perut. Relaksasi otot dan relaksasi nafas merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan. Klien diberikan contoh lalu diajak mempraktekkan. Beberapa kali mempraktekkan, telihat klien tersenyum gembira. Ada kelegaan yang dirasakannya. Hal yang lebih menggembirakan baginya adalah klien ingat bahwa teknik yang baru saja dipraktekkan merupakan teknik yang dulu diajarkan saat di rumah sakit. Teknik yang terbukti baginya mampu mengatasi keluhan dan menjadikannya lebih baik.

Dalam sesi yang demikian, seorang konselor belajar bahwa permasalahan dan keluhan terkadang mengaburkan kreatifitas dan sisi potensi yang ada dalam diri seseorang baik itu konselor maupun klien. Ketika kulit permasalahan dan keluhan dilepas satu per satu, sampailah pada titik potensi seseorang, daya kreatifitas yang memili daya alami dari Allah SWT untuk memulihkan diri. Ibaratkan dalam sebuah perjalanan, jalannya sedang tertutup kabut, langkah terbaik adalah diam sampai sinar matahari muncul mengusir kabut dan menjadikan jalan jelas terlihat. Diam di sini berarti kesadaran pada titik rileksnya. Bisa juga diistilahkan dengan berserah diri pada Allah SWT, biarkan Dia yang memberikan penerangan dan menunjukkan jalan penyelesaian. Berpasrah adalah kekuatan tersebesar yang diberikan pada manusia tetapi banyak orang yang melupakannya, bahkan memilih untuk berputus asa. Berpasrah artinya berusaha dan membiarkan Allah SWT menurunkan keajaibannya dalam kehidupan. 
BERIKAN KOMENTAR ()